Senin, 18 September 2017

Awal

Perahu kertas atau lelaki penyedia bahu. Dua julukan yang aku berikan padanya, tapi dia tak tahu aku memberikan julukan itu kepadanya. Aku mengenalnya sudah cukup lama, kami satu sekolah saat SMA. Saat itu aku hanya tau namanya, dan tak terlalu memperdulikannya. Dia tak masuk daftar radarku.
Setelah lulus SMA, kami masuk di Universitas yg sama dan itu lah awal kedekatan kami. Kami menjadi sehabat, bukan hanya berdua tapi kami seperti sekelompok genk bersama teman-teman yang lain. Kami biasa menghabiskan weekend bersama, menonton, mandi pantai atau pulang ke kampung halaman yang hanya berjarak tempuh 2 jam dari kota tempat kami berkuliah.
Aku selalu punya pacar, begitu juga dia. Tak ada yang spesial antar persahabatan kami saat itu di tiga tahun pertama. Tapi ada satu senja yang aku ingat, saat itu kita baru selesai mandi di pantai lalu kau langsung megenggam tanganku dan berkata "jangan mau kalah sama mereka yay" sambil melirik ke arah dua sepasang kekasih yang berjalan tepat di depan kami sambil bergandengan tangan. Aku pun tertawa, lalu ku ayunkan tangan kami dengan muka berbicara 'kita gak mau kalah'. Ini semua terjadi sebelum rasa itu sampai ketitik terlemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar