Senin, 18 September 2017

Titik Terlemah (1)

Empat tahun berlalu, tanpa ada cerita tentang aku dan dia. Untuk tahun keempat kuliah kami, disini lah titik terlemah itu di mulai.
Teman-teman yang lain sibuk dengan skripsi. Tidak dengan dia dan aku, kami terlalu sibuk bermain. Kami terlalu sibuk dengan hal-hal bodo yang menjadi hambatan kuliah kami. Aku terlalu sibuk dengan teman-teman baruku dan begitu juga dia.
Juli 2013, Kora-kora
Malam itu di lapangan kota tempat kelahiran kami sedang di adakan pasar malam. Aku, dia dan beberapa sahabat kami yang lain tengah berkumpul disana. Sekedar bercerita dan minum. Aku melihat kearah kora-kora yg tengah asyik di ayun-ayun dan terdengar suara teriakan kesenangan yang bercampur ketakutan.
"naik itu yuk" ajakku kepada mereka yang asyik tertawa bercerita tak jelas.
"anterin yaya sono, gue mah takut" kata salah satu sahabatku kepada sosok dia. Dia pun beranjak dan mengajakku kesana. Aku senang sekali karena punya teman untuk bermain.
Perahu kayu tanpa pengaman itu, hanya kami berdua di atas nya. Aku disisi kanan dan dia disisi kiri. Kami saling berhadapan. Perahu kayu itu mulai di ayun-ayun. Semakin lama semakin kencang. Aku tertawa kesenangan, sedangkan dia terlihat pucat.
"eh mang, pelan-pelan aja. Tuh cewek takut" teriaknya kepada si tukang ayun perahu kayu ini sambil berpaling k arahku "iya kan yay?"
"eh bukan aku yang takut, tapi kamu" Aku pun tertawa lebih kencang. Alhasil, turun dari perahu kayu, dia pun muntah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar